Di loket bis Safa Marwa kami berkumpul pada pukul 19.45 WIB di hari rabu tanggal 23 september 2009 (Idul Fitri 1430 H/Lebaran ke-3) setelah packing peralatan dan perlengkapan di sekretariat Mapala Siginjai UNJA.
Jumlah anggota yang ikut mendaki termasuk kami (Erich & Rinto) menjadi 8 orang, yang berangkat dari Jambi 4 orang (Erich, Rinto, Andi, Heri), dari Muara Bulian 3 orang (Neo, Dieng, Ipan) dan 1 orang (Yudha) dari Sungai Penuh. Dengan ongkos bis Rp.100.000 per orang, kami berangkat ke Kerinci dan berkumpul di Sungai Penuh.
Di keesokan paginya pukul 07.15 (24 September 2009) kami tiba di salah satu rumah teman yang biasa dijadikan base camp untuk pendakian ke gunung Kerinci, karena letak kota Sungai Penuh cukup strategis dimana jaraknya dengan gunung Kerinci dan pusat pasar untuk membeli logistik tidak terlalu jauh.
Pada Pukul 09.45 Setelah mempersiapkan peralatan, perlengkapan dan logistic untuk pendakian kami pun berangkat ke Kayu Aro (Tugu Macan) dengan menggunakan jasa angkot penumpang yang biasa beroperasi didaerah tersebut. Biaya jasa angkot pada saat itu sebesar Rp.10.000 per orang.
Pukul 10.45 kami sampai di Tugu Macan dan langsung menuju Pos Pendakian TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat), tetapi Pos Pendakian TNKS sedang ditutup karena libur lebaran, sehingga tidak ada seorang pun di pos tersebut. Di dinding depan pos tersebut terdapat white board sehingga kami pergunakan itu untuk membuat data diri dan tanggal pendakian kami supaya diketahui pegawai pos bila mereka kembali bekerja.
Kami pun melanjutkan pendakian melewati jalan aspal dan perkebunan sayur mayor penduduk yang banyak bertebaran di daerah itu. Setelah melakukan perjalanan selama 1,5 jam kami sampai di Gapura Selamat Datang Gunung Kerinci, setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan pendakian menuju pos 1. Kami tidak berlama-lama di pos 1 karena disana pada saat itu sumber air kering. Pada pukul 15.00 kami sampai di pos II disini jaga tidak terdapat sumber air tetapi kami harus mengisi perut kami yang keroncongan karena jarak antara pos II ke Shelter I lumayan jauh sehingga di butuhkan energi yang besar juga.
Dengan menu Rendang dan lontong sisa lebaran, sarden, mie instan kami mengisi perut kami. Setelah makan dan ngobrol-ngobrol ringan kami bergegas mendaki menuju Shelter I.
Di perjalanan menuju Shelter I vegetasi dan track/jenis jalur pendakian hampir mirip dengan pengunung tropis lainnya yang ada di Indonesia, pohon-pohon tua dan besar masih menyelimuti kami, tanah yang coklat dan lembap masih menjadi tumpuan injakan kaki kami dan udara segar khas pegunungan tropis masih membelai paru-paru kami. Dalam perjalanan menuju Shelter I kami banyak melakukan resting/istirahat karena kami juga tidak dikejar waktu untuk terburu-buru dan kami juga tidak ingin melepas momen bercengkrama dan berbagi pengalaman dengan cepat, yang jelas kami begitu menikmati setiap langkah yang ditapakkan.
Pada pukul 17.00 kami sampai di Shelter I, ternyata disana sudah berdiri dome teman-teman dari Sumatera Utara tepatnya dari kota Medan. Mereka berjumlah 3 orang (Febri, Iqbal, Andre). Setelah berkenalan dan tukar cerita tentang kronologis pendakian kami pun mendirikan dome kami, pada awalnya kami ingin nge-camp di Shelter II supaya pada keesokan harinya jarak tempuh yang harus kami lalui menuju puncak tidak terlalu jauh, tetapi mengingat di Shelter II tidak ada sumber air dan alat penerangan kami kurang karena sudah dipastikan kami akan kemalaman bila terus memaksa ke Shelter II.
Setelah mendirikan dome dan memperlengkapi diri dengan jaket/parka,sarung tangan,shebo dan kaos kaki karena suhu udara di Shelter I sudah semakin dingin dan menusuk tulang.
Pada malam harinya kami mencoba menghemat persediaan air karena di Shelter I juga tidak terdapat sumber air, dengan memasak makanan yang sedikit menggunakan air kami mengisi waktu dimalam hari. Setelah makan malam dan ngobrol-ngobrol ringan bersama teman-teman kami pun bergegas istirahat dan tidur untuk persiapan energi esok hari karena perjalanan yang akan kami tempuh esok cukup melelahkan, kami menargetkan untuk sampai di Shelter III sebelum gelap, jarak dari Shelter III ke puncak sekitar 2 jam.
Keesokan hari pada pukul 09.00 (25 September 2009) setelah sarapan dan packing peralatan kami melanjutkan pendakian menuju Shelter II tetapi jumlah personil menjadi 11 orang karena teman-teman dari Medan memutuskan untuk bergabung dengan team kami.
Perjalanan menuju Shelter II lumayan melelahkan dan memakan waktu yang cukup lama, track yang disajikan juga cukup menantang jalan setapak yang licin dan sempit dimana hanya cukup untuk satu kaki sehingga untuk melangkah sangat sulit, semak belukat yang bagian kiri dan kanan menyatu sehingga berbentuk seperti lobang goa, banyak pohon-pohon besar yang tumbang dan menghalangi jalan, gambaran-gambaran seperti itu merupakan beberapa bentuk track yang disajikan menuju Shelter II.
Kami menhabiskan waktu sekitar 4,5 jam untuk sampai di Shelter II.
Jumlah anggota yang ikut mendaki termasuk kami (Erich & Rinto) menjadi 8 orang, yang berangkat dari Jambi 4 orang (Erich, Rinto, Andi, Heri), dari Muara Bulian 3 orang (Neo, Dieng, Ipan) dan 1 orang (Yudha) dari Sungai Penuh. Dengan ongkos bis Rp.100.000 per orang, kami berangkat ke Kerinci dan berkumpul di Sungai Penuh.
Di keesokan paginya pukul 07.15 (24 September 2009) kami tiba di salah satu rumah teman yang biasa dijadikan base camp untuk pendakian ke gunung Kerinci, karena letak kota Sungai Penuh cukup strategis dimana jaraknya dengan gunung Kerinci dan pusat pasar untuk membeli logistik tidak terlalu jauh.
Pada Pukul 09.45 Setelah mempersiapkan peralatan, perlengkapan dan logistic untuk pendakian kami pun berangkat ke Kayu Aro (Tugu Macan) dengan menggunakan jasa angkot penumpang yang biasa beroperasi didaerah tersebut. Biaya jasa angkot pada saat itu sebesar Rp.10.000 per orang.
Pukul 10.45 kami sampai di Tugu Macan dan langsung menuju Pos Pendakian TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat), tetapi Pos Pendakian TNKS sedang ditutup karena libur lebaran, sehingga tidak ada seorang pun di pos tersebut. Di dinding depan pos tersebut terdapat white board sehingga kami pergunakan itu untuk membuat data diri dan tanggal pendakian kami supaya diketahui pegawai pos bila mereka kembali bekerja.
Kami pun melanjutkan pendakian melewati jalan aspal dan perkebunan sayur mayor penduduk yang banyak bertebaran di daerah itu. Setelah melakukan perjalanan selama 1,5 jam kami sampai di Gapura Selamat Datang Gunung Kerinci, setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan pendakian menuju pos 1. Kami tidak berlama-lama di pos 1 karena disana pada saat itu sumber air kering. Pada pukul 15.00 kami sampai di pos II disini jaga tidak terdapat sumber air tetapi kami harus mengisi perut kami yang keroncongan karena jarak antara pos II ke Shelter I lumayan jauh sehingga di butuhkan energi yang besar juga.
Dengan menu Rendang dan lontong sisa lebaran, sarden, mie instan kami mengisi perut kami. Setelah makan dan ngobrol-ngobrol ringan kami bergegas mendaki menuju Shelter I.
Di perjalanan menuju Shelter I vegetasi dan track/jenis jalur pendakian hampir mirip dengan pengunung tropis lainnya yang ada di Indonesia, pohon-pohon tua dan besar masih menyelimuti kami, tanah yang coklat dan lembap masih menjadi tumpuan injakan kaki kami dan udara segar khas pegunungan tropis masih membelai paru-paru kami. Dalam perjalanan menuju Shelter I kami banyak melakukan resting/istirahat karena kami juga tidak dikejar waktu untuk terburu-buru dan kami juga tidak ingin melepas momen bercengkrama dan berbagi pengalaman dengan cepat, yang jelas kami begitu menikmati setiap langkah yang ditapakkan.
Pada pukul 17.00 kami sampai di Shelter I, ternyata disana sudah berdiri dome teman-teman dari Sumatera Utara tepatnya dari kota Medan. Mereka berjumlah 3 orang (Febri, Iqbal, Andre). Setelah berkenalan dan tukar cerita tentang kronologis pendakian kami pun mendirikan dome kami, pada awalnya kami ingin nge-camp di Shelter II supaya pada keesokan harinya jarak tempuh yang harus kami lalui menuju puncak tidak terlalu jauh, tetapi mengingat di Shelter II tidak ada sumber air dan alat penerangan kami kurang karena sudah dipastikan kami akan kemalaman bila terus memaksa ke Shelter II.
Setelah mendirikan dome dan memperlengkapi diri dengan jaket/parka,sarung tangan,shebo dan kaos kaki karena suhu udara di Shelter I sudah semakin dingin dan menusuk tulang.
Pada malam harinya kami mencoba menghemat persediaan air karena di Shelter I juga tidak terdapat sumber air, dengan memasak makanan yang sedikit menggunakan air kami mengisi waktu dimalam hari. Setelah makan malam dan ngobrol-ngobrol ringan bersama teman-teman kami pun bergegas istirahat dan tidur untuk persiapan energi esok hari karena perjalanan yang akan kami tempuh esok cukup melelahkan, kami menargetkan untuk sampai di Shelter III sebelum gelap, jarak dari Shelter III ke puncak sekitar 2 jam.
Keesokan hari pada pukul 09.00 (25 September 2009) setelah sarapan dan packing peralatan kami melanjutkan pendakian menuju Shelter II tetapi jumlah personil menjadi 11 orang karena teman-teman dari Medan memutuskan untuk bergabung dengan team kami.
Perjalanan menuju Shelter II lumayan melelahkan dan memakan waktu yang cukup lama, track yang disajikan juga cukup menantang jalan setapak yang licin dan sempit dimana hanya cukup untuk satu kaki sehingga untuk melangkah sangat sulit, semak belukat yang bagian kiri dan kanan menyatu sehingga berbentuk seperti lobang goa, banyak pohon-pohon besar yang tumbang dan menghalangi jalan, gambaran-gambaran seperti itu merupakan beberapa bentuk track yang disajikan menuju Shelter II.
Kami menhabiskan waktu sekitar 4,5 jam untuk sampai di Shelter II.
Shelter II merupakan tempat yang ideal untuk nge-camp karena letaknya yang terlindung dari serangan badai pegunungan dan disana juga terdapat tiang-tiang besi yang telah disediakan untuk memudahkan pendaki untuk mendirikan tenda. Kami tiba di Shelter II pada pukul 13.30, masih cukup waktu sebelum gelap untuk melanjutkan perjalanan menuju Shelter III. Setelah istirahat sambil menikmati sejuknya udara pegunungan kami pun bergegas menuju Shelter III.
Perjalanan menuju shelter III cukup dekat, dapat ditempuh dengan waktu 1,5 jam. Kami tiba di Shelter III pada pukul 14.00. di shelter III vegetasi sudah diisi oleh tumbuhan perdu yang kecil dan lebih misip semak-semak, dan diantara semak-semak itu terdapat tumbuhan edelweiss yang bentuk dan warnanya nampak sedikit berbeda dari tumbuhan pegunungan lainnya.
Setelah menikmati pemandangan di shelter III yang lumayan bagus karena letaknya begitu terbuka sehingga awan dan pemandangan kota dan kaki gunung Nampak begitu jelas dari shelter III, walaupun begitu letak yang begitu terbuka di shelter III juga sangat rentan di sapu badai dari puncak, tetapi kami berharap badai tidak datang dan angin tidak begitu kencang, kami pun menambahkan pasak tambahan di setiap sudut tenda dome kami untuk mengantisipasi hal-hal yang terburuk.
Hari pun mulai gelap, kami pun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, dengan mulai mengisi lampu badai dengan minyak tanah, mencari kayu dan ranting-ranting untuk dibakar pada malam hari dan memperbanyak stok air untuk keperluan masak dan minum pada malam hari. Malam itu sangat dingin, tangan terasa beku dan kaki mulai kram. Untuk mengantisipasinya kami mulai membuat api unggun dan mempersiapkan makan malam. Malam itu kami isi dengan bercerita, berbagi pengalaman dan briefing untuk planning besok summit fighting, besok hari kami akan menuju puncak sekitar pukul 3.00 pagi itu sudah termasuk persiapan penerangan, mempersiapkan persedian air minum dan makanan ke puncak dan juga ngaret ala anak PA.
Besok hari pukul 03.45 (26 september 2009) kami bangun, sedikit telat.
Setelah mempersiapkan segala sesuatu kami siap untuk summit fighting sebelum sunrise tiba. Pada pukul 07.30 kami sampai di puncak gunung Kerinci 3805 mdpl, atap Sumatera, puncak tertinggi di Sumatra, puncak tertinggi kedua di Indonesia.
Setelah mendokumentasikan dan menikmati momen yang begitu indah itu, kami pun bergegas turun karena siang hari gas belerang dari kawah Gn. Kerinci naik dan berhembus turun ke arah jalur pendakian.
Pada hari itu juga kami memutuskan untuk turun dari Gn. Kerinci, kami tiba di Pos Pendakian pada pukul 16.30 dengan selamat dan mengakhiri perjalanan menuju kota Sungai Penuh.
Perjalanan menuju shelter III cukup dekat, dapat ditempuh dengan waktu 1,5 jam. Kami tiba di Shelter III pada pukul 14.00. di shelter III vegetasi sudah diisi oleh tumbuhan perdu yang kecil dan lebih misip semak-semak, dan diantara semak-semak itu terdapat tumbuhan edelweiss yang bentuk dan warnanya nampak sedikit berbeda dari tumbuhan pegunungan lainnya.
Setelah menikmati pemandangan di shelter III yang lumayan bagus karena letaknya begitu terbuka sehingga awan dan pemandangan kota dan kaki gunung Nampak begitu jelas dari shelter III, walaupun begitu letak yang begitu terbuka di shelter III juga sangat rentan di sapu badai dari puncak, tetapi kami berharap badai tidak datang dan angin tidak begitu kencang, kami pun menambahkan pasak tambahan di setiap sudut tenda dome kami untuk mengantisipasi hal-hal yang terburuk.
Hari pun mulai gelap, kami pun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, dengan mulai mengisi lampu badai dengan minyak tanah, mencari kayu dan ranting-ranting untuk dibakar pada malam hari dan memperbanyak stok air untuk keperluan masak dan minum pada malam hari. Malam itu sangat dingin, tangan terasa beku dan kaki mulai kram. Untuk mengantisipasinya kami mulai membuat api unggun dan mempersiapkan makan malam. Malam itu kami isi dengan bercerita, berbagi pengalaman dan briefing untuk planning besok summit fighting, besok hari kami akan menuju puncak sekitar pukul 3.00 pagi itu sudah termasuk persiapan penerangan, mempersiapkan persedian air minum dan makanan ke puncak dan juga ngaret ala anak PA.
Besok hari pukul 03.45 (26 september 2009) kami bangun, sedikit telat.
Setelah mempersiapkan segala sesuatu kami siap untuk summit fighting sebelum sunrise tiba. Pada pukul 07.30 kami sampai di puncak gunung Kerinci 3805 mdpl, atap Sumatera, puncak tertinggi di Sumatra, puncak tertinggi kedua di Indonesia.
Setelah mendokumentasikan dan menikmati momen yang begitu indah itu, kami pun bergegas turun karena siang hari gas belerang dari kawah Gn. Kerinci naik dan berhembus turun ke arah jalur pendakian.
Pada hari itu juga kami memutuskan untuk turun dari Gn. Kerinci, kami tiba di Pos Pendakian pada pukul 16.30 dengan selamat dan mengakhiri perjalanan menuju kota Sungai Penuh.
seep...alhamdulillah waktu di shelter 1 aman..skdar informasi, dulu (1999) kami(boby dan pipit) idak ngetem di shelter 1 karena terkenal daerah itu adalah perlintasan harimau dan sudah banyak denger cerito temen2 yang ketemu samo 'meong' nyo..shelter 2 tempatnyo memang lebih kecik, kl dulu ado tiang2 bekas rumah hujan/gubuk yang biso jadi tiang tenda, dan daerah nyo agak tertutup sehingga lebih tenang kl pas angin deres..dan bener kl sudah siang (terumtama jam 10 am keatas)gas dari kawah akan naik kepuncak sehingga cuma ada celah 1 jengkal dari tanah yang masih tidak tercemar (jadi kl terjebak dalam gas belerang, usahakan untuk bernapas dekat dengan tanah, dan berdoa...)..sempet dapet viem samudra indonesia dengan kapal tanker yang sedang berlayar...view gunung 7 teramat cantik dari puncak kerinci..Seep...salut buat teman2 sekalian....
BalasHapuswiii mantab senior,
Hapuskak kirim catatan prjalannyo ke ; mapala_gms@yahoo.com