Mahasiswa Pencinta Alam
Green Machine Spirit
Universitas Sriwijaya

Salam Lestari...!
Jarak dan waktu bukan lagi halangan, mari merajut asa serta menyulam persaudaraan melalui dunia maya.
Semoga blog ini menjadi media komunikasi, silahturahmi dan dapat membuat tali persaudaraan kita menjadi lebih erat.

22 Sep 2011

Menjemput Mimpi-Mimpiku di Rinjani

September 2011
Puncak Gn. Rinjani (3726 mdpl)
Sore itu aku dan tim sampai di Desa Sembalun Lawang, desa yang merupakan salah satu pintu masuk pendakian G.Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hari ini adalah hari pertama pendakian kami, desa ini sangat asri dengan bangunan rumah-rumah adat yang di himpit perbukitan. Aku dan teman-temanku bergegas menuju sebuah rumah putih yang nampak sepi, rumah itu adalah pos registrasi pendakian, di pojok kanan rumah nampak papan penjelasan tentang G.Rinjani. Dengan tiket seharga 10.000 rupiah perorang dan berbekal petuah dari sang penjaga pos kulangkahkan kaki menuju jalan setapak yang tak beraspal. Tak ada yang istimewa disini, hanya padang savana yang mengering dan bekas terbakar terhampar mengiringi pejalanan kami, bahkan G.Rinjani pun tak nampak disana. Dua jam telah berlalu dari perjalanan yang di mulai pukul 4:00 WITA, kami sampai di pos pertama. Di sinilah timku memutuskan untuk berkemah karena kondisi salah seorang dari kami tak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan.

Fajar menyongsong saat aku mulai terjaga dari tidurku, segera aku keluar dari kepompong raksasa¹ menikmati matahari yang mulai terbit dari ufuk timur. Nampak indah, dari kejauhan terlihat G.Tambora yang trapesium ditambah G.Rinjani yang mulai nampak pula. Seusai sarapan, kami lanjutkan perjalan yang sempat tertunda. Tak sampai satu jam kami tiba di pos ke dua, disana terdapat sebuah jembatan dan sumber air. Di sekitarannya masih nampak dome-dome² para pendaki yang menginap di sini. Ternyata mereka adalah teman seperjalanan waktu menuju Lombok. Kami langkahkan terus kaki melewati hamparan padang savana kering, sungguh tidak ada keindahan yang dapat kunikmati. Keringat mulai membasahi baju yang kukenakan sampai akhirnya kami tiba di pos ke tiga. Lewat tengah hari perjalanan kembali dilanjutkan, medan kini sudah mulai sulit, selain karena tubuh yang sudah letih, cuacapun mulai berkabut. Di ketingian 2400 mdpl kami mulai memasuki hutan cemara, aku jadi teringat dengan lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung”, mungkin di sinilah lagu itu diciptakan, “kiri kanan kulihat saja, banyak pohon cemara”. Setelah delapan jam pendakian, pukul 16:20 kami sampai di Pelawangan Sembalun. Lelah hari ini sedikit terbayar dengan pemandangan D.Segara Anak dan hamparan Edelwis³, danau yang selama ini hanya bisa kulihat di televisi atau Internet kini terpampang di depan mata. Sujud syukur menyempurnakan pendakian di hari ke dua ini, sesi ceprat-cepret kamera digital mengabadikan setiap momen. Di tempat perkemahan kami disambut oleh tim yang sudah terlebih dahulu sampai dengan suka cita. Di sini aku mendapat hal yang baru pertama ku lihat, seorang pendaki perempuan yang memakai rok panjang. Tak kusia-siakan momen ini langsung ku abadikan dengan camdig⁴. Suasana senja kala itu sungguh mempesona, sunset⁵ yang tenggelam di samping G.Agung (Bali) kontras dengan langit jingga dan puncak Rinjani yang menjulang tinggi. Malam ini begitu singkat, kami harus istirahat cukup karena besok harus melanjutkan pendakian ke puncak Rinjani.

Pukul 2:00 dini hari kami bangun untuk melaksanakan tugas kami, doa tak lupa kami panjatkan sebelum memulai pendakian hari ke tiga ini. Dingin menyeruak ke dalam tubuh ketika kami mulai menapaki bebatuan pasir yang terus menanjak melewati padang edelwis. Sesekali beberapa turis asing melewati kami yang mulai kelelahan. Sunrise⁶ tiba saat kami masih di punggungan puncak, kami sengaja menunggu matahari di balik batu besar karena cuaca sangat dingin. Menakjubkan, matahari tebit dari sebelah G.Tambora di NTT. Dengan semgat ku bulatkan tekad untuk mencapai puncak hari ini. Satu jam belalu kami sampai di tanah tertinggi pulau Lombok, dengan bangga kami kibarkan bendera MAPALA Green Machine Spirit dan Sang Saka Merah Putih. Sempurnalah tugas dan mimpi-mimpiku disini.

Hari ini juga kami bergegas menuruni Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak, kami akan berkemah di sana untuk beberapa malam. Sampai di tepi danau, telah banyak camp pendaki yang telah beberapa malam menginap. Kamipun segera mendirikan dome dan masak, malam kali ini betul-betul kami nikmati sampai larut. Tiga hari di danau ini banyak hal yang kami lakukan, dari memancing ikan, mandi ke air panas dan mencoba sauna di Goa Susu, goa yang menurut masyarakat setempat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Tak terasa sudah hampir satu pekan kami berada di Gunung, di hari ke enam kami memutuskan untuk turun gunung. Sebenarnya jalur yang biasa digunakan pendaki untuk turun adalah jalur Senaru, tetapi kami ingin mencoba jalur Torean. Akhirnya kami turun melewati jalur Torean bersama rombongan pendaki dari Bandung dan Jakarta. Walau tak tahu medan dan jalur kami tetap melangkah menuruni punggukan-punggukan gunung, kami yakin jalur ini benar karena beberapa kali kami berpapasan dengan warga yang hendak ke pemandian air panas. Tak ku sesali memilih jalur ini, sepanjang jalan kami disuguhkan dengan pemandangan yang indah, padang rumput liar. Aliran sungai dan tebing-tebing alam yang begitu menakjubkan. Sorepun mendatangi rombongan kami yang tak kunnjung sampai di pintu rimba⁷, perasaan lelah sudah melanda di badan. Bermodal keyakinan dan pengalaman yang telah di dapat selama menjadi anggota MAPALA GMS kami terus menyusuri hutan belantara mengikuti pipa aliran air hingga sampai di suatu desa, Desa Sambi Elen. Di desa ini kami menginap satu malam dan keesokan harinya kembali lagi ke sekretariat WAPALA FH Universitas Mataram.

by Andi “Keter” Hidayat (GMS.XV-XIV/AP/103)

kepompong raksasa¹ = sleeping bag (kantong tidur)
dome² = tenda
edelwis³ = bunga abadi
camdig⁴ = kamera digital
sunset⁵ = matahari terbrnam
sunrise⁶ = matahari terbit
pintu rimba⁷ = titik awal pendakian


Mungkin foto-foto ini bisa bercerita lebih dalam dan panjang...
Jakarta, 09 September 2011
Foto bersama Kak Ocep (GMS X–IX/AP/074)


Kereta Gaya Baru Malam, Jakarta-Surabaya (Gubeng)


Jalur Sembalun 15 September 2011


Pelawangan Sembalun, 15 September 2011


Nicki Samuel Hutapea, Pelawangan Sembalun 15 September 2011


Nicki (Betok), Obbie (Butar), Andi (Keter), Aan (wong Solo) Camp Pelawangan Sembalun 16 September 2011


Andi Hidayat (Keter) Puncak Rinjani,16 September 2011


Bayu (Kriwo), Nicki (Betok), Obbie (Butar), Andi (Keter), Heru (Dacik) Top Rinjani, 16 September 2011


Camp


Danau Segara Anak, 17 September 2011


Danau Segara Anak, 17 September 2011


Butar


Pelawangan Sembalun


Keter, Dacik, Butar, Betok


WAPALA FH Universitas Mataram, Lombok


Sekretariat MUPALAS


Stasiun Gubeng (Surabaya) bersama Kak Aggria Purja (GMS X–IX/AP/081) - Tengah





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Next Prev